Merantau Bukanlah Hal Sepele
Karya: Faizatul Umamiyah
Dreet........,
tiba-tiba gerbang utama pondok terbuka,di mulut gerbang itu berdiri 2 orang
ustadz beserta ustadzah. Ustadz dan ustadzah itu terkejut melihat Citra, beliau
langsung menyampirinya.
"Assalamualaikum
Citra, kamu kenapa?kok melamun sendirian di sini?" Tanya Ustadzah Lifah
dengan raut wajah cemas. Sontak membuat Citra tak sadar memgeluarkan bulir
bening miliknya yang jatuh di pelupuk mata.
"Aku
sedih ustadzah, karena sekarang aku mondok di pondok yang tidak sesuai dengan
harapanku. Sebab bapakku tidak sanggup membiayaiku di Pondok yang aku inginkan,
disebabkan biayanya yang dibilang cukup mahal" Jelas Citra yang seketika
memeluk Ustadzah Lifah dengan wajah yang berlinang air mata.
"Allah
itu tidak mungkin menguji hambanya di batas kemampuannya, dan Allah pasti akan
selalu memberikan yang terbaik buat hambanya yang selalu ta'at kepada-Nya. Jadi
kamu harus sabar menghadapi semua ini, memang keinginanmu sekarang tidak
tercapai, bisa jadi suatu saat keinginanmu itu tercapai. Karena manusia itu
tidak pas seterusnya bahagia, pasti mengalami kesulitan dan kemudahan, dan juga
pasti mengalami kesedihan dan kebahagiaan." Ustadz Syukron menasehati.
Setalah
mendengar nasehat dari Ustadz Syukron, Citra langsung mencium tangan Ustadzah
Lifah dan mengucapkan"terima kasih ustadz-Ustadzah atas
menasehatnya." “Sama-sama nak," ucap Ustadz Syukron dan Ustadzah
Lifah dengan wajah berbinar dan langsung meninggalkan Citra seorang diri. Ustadz
Syukron dan Ustadzah Lifah langsung menjawab dengan senang hati dan wajah yang
berbinar, "sama-sama nak".
Ustadz
Syukron beserta Ustadzah Lifah langsung pergi meninggalkan Citra.
Jam
07:00 WIB sudah tiba,waktunya para santriwati setoran hafalan. Citra langsung
menyetor ke Ustadzah Firoh dan Alhamudulillah Citra mendapatkan nilai
100,karena lancar dan benar. Setelah kegiatan setoran sudah selesai, Citra
langsung mandi dan berangkat sekolah. Sesampai di sekolah, Citra sudah ditunggu
oleh kedua sahabatnya yaitu Fina dan Ratna. Mereka langsung masuk kelas dan
duduk di bangku mereka masing-masing.
Sore
pun tiba, waktunya siswa/siswi pulang ke rumahnya masing-masing. Citra beserta
kedua sahabatnya langsung keluar kelas dan langsung berpamitan satu sama
lainnya. Fina dan Ratna langsung menuju kerumahnya masing-masing kecuali
Citra.Citra dengan senang hati pulang sendirian naik sepeda mini dari sekolah
ke pondoknya,karena dia seorang santriwati di Pondok Pesantren Al-Makkiyah,
sebuah pesantren milik seorang guru di sekolahnya, yaitu Ustadz Syukron
Sesampai
di pondok, Citra bersalaman kepada para ustadzah nya dan langsung pergi ke
kamar untuk bersih-bersih. Mengganti baju, merapikan kamar dan kegiatan santri
pada umumnya. Setelah bersih-bersih, perut Citra memberontak minta makan. Gadis
itu pun pergi ke dapur dan mengambil nasi.
Berbulan-bulan
Citra masih tetap tidak kerasan di pondok,hampir setiap hari dia selalu
menangis dan ingin berhenti, karena sudah tidak bisa ditahan lagi. Pada malam
harinya akhirnya Citra dengan nekat langsung menemui Ustadz Syukron dan
Ustadzah Lifah.
"Assalamualaikum,"panggil
Citra seraya mengetuk pintu rumah Ustadz Syukron.
"Waalaikumsalam,ada
apa Citra? " jawab Ustadzah Lifah
"Ada
yang ingin ana sampaikan kepada ustadzah dan Ustadz Syukron. Tentang ana yang
gak bisa kerasan selama tinggal disini" Jelas Citra.
"Silahkan
duduk,saya panggil ustadznya dulu"kata Ustadzah Lifah.
Beberapa
menit kemudian, akhirnya Ustadz Syukron Dan Ustadzah Lifah datang dan langsung
duduk di depanku. "ada perlu Apa Citra? "Tanya Ustadz Syukron dengan
muka datar.
"Selama
saya disini,saya masih belum bisa kerasan ustadz. Saya sudah tidak bisa nahan
lagi ustadz. Kalau bisa saya mau nyolok (tidak tetap di pondok) dan kalau tidak
bisa saya mau berhenti aja ustadz!!!" jawab Citra terbata-bata diiringi
dengan air mata yang deras. Mendengar keluh kesah santrinya, Ustadz Syukron
langsung terdiam, beliau menghela nafas dalam wajahnya yang tadi bersinar kini berubah menjadi sendu
"Guru
saya pernah bilang bahwa menyia-nyiakan kesempatan ialah sebuah malapetaka.
Jangan pernah bosan di Pondok karena suatu saat kalian akan merindukan suasana
pondok. Dan siapa orang yang tidak mau susah, dia akan dipaksa susah oleh
Allah, karena dunia ini adalah tempatnya susah." Nasehat Ustadz Syukron
kepada Citra sangat penuh makna.
Setelah
mendengar nasehat tersebut hati gadis itu menghangat, ia pun menjadi bimbang.
"Jadi saya harus gimana ustadz?" tanya Citra kepada Ustadz Syukron.
"Kamu
harus bisa nahan nafsu kamu itu yaa, karena nafsu itu bisa menjadi kemuliaan
ataupun kehinaan,menjadi sebab kemuliaan apabila nafsu itu dilawan,menjadi
nafsu hina apabila diikuti." nasehat Ustadz Syukron dengan lembut kepada
Citra.
"Yang
sabar yaa Cit, Kesungguhan tidak akan menghianati hasil" kata Ustadzah
Lifah menyemangati.
"Iya
Ustadzah, kalau begitu Citra pamit. Assalamualaikum." Pamit Citra seraya
mencium tangan Ustadzah Lifah.
"Waalaikumsalam"
Jawab Ustadz Syukron dan Ustadzah Lifah bersamaan dengan nada kasihan.
Setelah
beberapa bulan di pondok yang penuh dengan tangisan dan keluhan, akhirnya Citra sadar juga pada saat wisuda tahfidz
pertama.
"Benar Apa kata Ustadz Syukron, Allah tidak Akan
menguji hambanya dibatas kemampuannya dan Allah selalu memberikan yang terbaik
buat hambanya"Citra bicara sendiri didalam hatinya.
Setelah
acara wisuda selesai,Citra langsung menemui Ustadz Syukron"sebelumnya saya
ucapkan terimakasih benar apa kata Ustadz dulu, Allah tidak Akan menguji
hambanya dibatas kemampuannya dan Allah selalu memberikan yang terbaik buat
hambanya.seandainya Saya tidak mondok disini siapa yang Akan menasehati Saya.
Dan Alhamdulillah Saya sekarang bisa kerasan Disini. Terima kasih ustadz atas
bimbingannya." Citra pun sadar diri dan mengucapkan banyak terimakasih
kepada para Ustadz dan ustadzah lainnya di pondok.
"Iya
sama-sama,semoga cita-cita Dan keinginanmu bisa tercapai, aamiin." Jawab
Ustadz Syukron dengan penuh kelembutan kepada Citra.
Cerpen di atas ditulis Oleh Faizatul Umamiyah Alumni SDI Pelita Hati



No comments:
Post a Comment